
Yohanes Kevintus Aber atau Kevin bersama ibunya, Maria Gareta Lundut usai mendapat kunjungan LMC, Rabu (2/11/2022). - Dokpri/Naratimo.com

Kursi roda itu masih kosong. Posisinya tepat di antara mama-mama yang melingkar di bagian belakang rumah. Sedangkan sejumlah pemuda melingkar di bagian depan.
Rumah panggung sekira ukuran lapangan futsal itu sekejap dipenuhi manusia.
Belum diketahui siapa pemilik kursi kosong beroda ini. Tapi sedetik kemudian seorang ibu berbaju oranye menghampirinya. Dia adalah Maria Gareta Lundut.
Maria memangku seorang anak. Tampak kesedihan dari raut ranum Maria. Tatapan matanya sayu. Suaranya berat.
Anak di pangkuan Maria itu adalah putra semata wayangnya. Buah perkawinan Maria dengan almarhum suami, Arnoldus. Nama anaknya adalah Kevin. Usianya sebelas tahun.
Namun, anak bernama lengkap Yohanes Kevintus Aber itu tak bisa bicara. Bergerak seadanya.
Kevin juga tak bisa berjalan. Saban hari dia hanya duduk pasrah di rumah. Sesekali tertawa. Kevin menyandang disabilitas.
Kondisi ini membuat Maria harus setia mendampingi sang anak.
Maria dan Arnoldus yang sakit-sakitan merawat Kevin sejak sebelas tahun lalu. Naasnya Arnoldus meninggalkan Maria dan Kevin untuk selamanya pada 25 Agustus 2022.
Arnoldus yang keseharian mengojek itu meninggal dunia, setelah menderita sakit parah lebih dari setahun.
Kini Maria seorang diri merawat Kevin. Maria bahkan harus membanting tulang untuk menghidupi sang buah hati.
Kevin pun terpaksa harus dititipkan di rumah, ketika dia hendak ke kebun untuk bekerja. Rumah ini memang dihuni beberapa kepala keluarga. Keluarga (ase/kae) yang kebetulan tidak ke kebun secara sukarela menjaga Kevin di sini.
Aktivitas sebagai petani tak bisa ditinggalkannya. Semata demi menghidupi sang anak yang menyandang disabilitas sejak dilahirkan sebelas tahun lalu itu.
Lagian tak ada sokongan atau semacam bantuan dari pihak-pihak semacam pemerintah. "Paling du mose eman kali (palingan dapat bantuan sewaktu bapaknya masih hidup)," kata Maria.
Setelah bertahun-tahun lamanya dalam kondisi seperti itu, Kevin boleh duduk di kursi roda.
Dia memiliki kursi roda sejak tiga tahun lalu. Maria tak menyebut pihak yang memberikan kursi tersebut. Hanya satu yang pasti, bahwa Kevin kini boleh bersandar manja di kursi yang menyerupai kursi bayi tersebut.
Udara sejuk pada Rabu siang, 2 November 2022, masih terasa terik. Matahari memanggang kulit warga Kampung Lentang, Desa Lentang, Kecamatan Lelak, Kabupaten Manggarai, Flores-Nusa Tenggara Timur, yang sedang menjemur padi.
Siang itu, sekelompok anak muda berbaju hitam sontak turun dari motor, setelah beriringan sekira satu kilo jaraknya dari jalan trans-Flores di Desa Ketang, Kecamatan Lelak.
Mereka lalu memasuki rumah Maria begitu tiba di natas atau halaman Kampung Lentang. Sekelompok anak muda ini adalah anggota komunitas motor Lelak Motor Club (LMC).
Kedatangan belasan pemuda ke rumah ini, sekadar menyambangi Kevin dan Maria. Mereka kemudian duduk melingkar. Sedangkan Kevin hanya tertawa dari balik kursinya melihat mereka yang mengopi.
Sembari melihat mereka yang melingkar di atas tikar, di rumah panggung berlantai papan itu, kepala Kevin miring ke kiri dan ke kanan. Seperti limbung.
Sekelompok anak muda tadi dipimpin Kristiawan Sefianto. Kristian adalah Koordinator LMC di Kecamatan Lelak.
Rombongan yang dipimpin pria asal Malang, Jawa Timur, yang memperistri gadis Manggarai, Flores-NTT itu, rupanya membawa buah tangan. Sepeser uang dan sembako.
![]() |
Komunitas LMC bersama Kevin dan ibunya. - Dokpri/Naratimo.com |
Tampak pula tumpukan papan telur, susu, gula, beras, supermi, pakaian, kacang hijau, dan minyak goreng, di depan mereka.
Komunitas yang baru setahun di Kecamatan Lelak ini memang memiliki visi baku peduli. Mereka juga bervisi menjadi pelopor berkendara yang baik bagi masyarakat.
Aktivitasnya tak hanya turing atau piknik bersama. Akan tetapi, mereka juga mengadakan kegiatan-kegiatan sosial. Misalnya menyantuni janda, anak yatim dan disabilitas.
Pria yang juga pemilik bengkel motor ini, mengharapkan agar Kevin dan keluarga tidak melihat besar-kecilnya bantuan dari komunitas yang dipimpinnya. Namun, lebih dari itu, buah tangan yang mereka bawakan, merupakan sebentuk doa dan kepedulian terhadap sesama, terutama bagi Kevin dan Maria.
Kristian bercerita bahwa komunitas yang dipimpinnya ini, sudah tiga kali memberikan sumbangan untuk masyarakat tak mampu. Satu di Desa Ketang, Kecamatan Lelak. Dua lainnya di Desa Lentang.
Tahun lalu mereka menyambangi janda dua anak di Kampung Pelus. Kali ini mereka menyambangi anak disabilitas dan yatim di Kampung Lentang. Kevin namanya.
Kakek dari Kevin, Romanus Damat mengharapkan uluran tangan instansi terkait di Manggarai untuk cucunya itu.
Bagi Romanus, kegiatan sosial yang dilakukan komunitas LMC, merupakan pembuka jalan bagi siapa saja yang ingin bersimpati terhadap cucunya, yang menyandang disabilitas sejak lahir.
Kevin mungkin satu dari lima ribuan penyandang disabilitas di Kabupaten Manggarai. Barangkali Kevin juga tidak termasuk satu dari data Pemerintah Kabupaten Manggarai yang mendapat bantuan.
Meskipun demikian, Romanus berharap agar Pemerintah Kabupaten Manggarai menjadikan kunjungan LMC sebagai pembuka jalan, untuk menyambangi kaum disabilitas di kampung-kampung atau desa, seperti Kevin dan penyandang disabilitas lainnya di Bumi Nuca Lale.
"Dasor ita koe hitu le pemerenta ga tei kole bantuan latang empo ho'o (Semoga dengan melihat bantuan hari ini pemerintah juga memberikan perhatian kepada cucuku ini)," kata Romanus.
Hingga komunitas LMC meninggalkan Kevin dan Maria bersama keluarga lainnya, hujan mengguyur Kampung Lentang, siang itu. Sedangkan Kevin menyembulkan tawa di pangkuan Maria.
Tawa dan tatapan Kevin dari pangkuan mama adalah harapan. Bahwa kelak ada pihak lain yang meringankan bebannya.
Di bawah cahaya senja yang memerah dengan awan tebal, hujan juga segera pergi. Tersisa rintik-rintik.
Sedangkan udara basah menggigit sum-sum tulang. Saya lalu bergegas ke kawasan Golo Lando, untuk mengkonfirmasi Kepala Desa Lentang, Hironimus Pantur.
Hironimus pun berterima kasih kepada komunitas LMC, yang mengadakan kunjungan kasih kepada warga disabilitas di desanya.
"Saya sebagai pemerintah desa berterima kasih. Saya selalu mendukung," kata Hironimus.
Hironimus berpendapat bahwa warga desa yang dipimpinnya ini juga berbangga atas kegiatan sosial LMC. Dia pun berharap agar aktivitas amal seperti ini juga dilakukan bersama pemerintah desa di hari-hari mendatang.
Oleh sebab itu, dia mengharapkan agar kunjungan komunitas LMC menjadi contoh yang baik bagi masyarakat. Mereka juga diharapkan dapat membantu kepolisian, untuk mensosialisasikan cara berkendara yang baik di Kecamatan Lelak, terutama di Desa Lentang. []
#2022
Timoteus Rosario Marten